Apa yang disampaikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) tentang grasi kepada terpidana narkoba Meirika Franola alias Ola
sudah sangat jelas dan transparan. SBY mengatakan bertanggung jawab atas
putusan itu, tanpa menyalahkan siapa saja, dan itulah sikap ksatria
seorang pengambil keputusan.
Bila disimak benar, jelas disana
jiwa pertimbangan kemanusiaan sangat tampak melatari keputusan SBY atas
laporan bahwa Ola bukan tergolong bandar dan termasuk kurir. Itulah yang
mendasari keputusan pemberian grasi terhadapnya. Namun bukan berarti
Ola bebas. Ola akan mati juga di penjara karena masih harus menjalani
penjara seumur hidup.
Esensi penting menurut saya, bukan saja
hidup dan mati adalah masalah spiritual antara manusia dan Tuhan, namun
sesuai namanya “Lembaga Pemasyarakatan” sebenarnya bertugas mengusahakan
terpidana sadar atas kesalahannya. Banyak contoh, termasuk di
Indonesia, mantan penjahat sadar dan menjadi warga yang baik. Mantan
preman yang mungkin membuat orang terbunuh bisa menjadi ulama. Mantan
pecandu narkoba yang menjadi tokoh anti narkoba.
Namun bila telah
mendapat pengampunan untuk menjadi sadar, tetapi masih melakukan
kejahatan kembali, termasuk Ola, semua harus dibuktikan secara hukum,
dan secepatnya seperti permintaan SBY.
Tentang Ketua Mahkamah
Konstitusi (MK) Mahmud MD yang menyitir seolah ada mafia urusan
pembebasan terpidana narkoba di Istana, saya menyayangkannya. Saya
berkawan dengan Mahmud, walau umurnya lebih muda dari saya. Orangnya
Jawa Timuran seperti saya. Suka bercanda atau cengengesan seperti saya
juga. Seperti saat alm GusDur mengatakan bahwa maksudnya Machfud mau
jadi Menteri Pertanahan, tapi kepleset jadi Menteri Pertahanan, dan
sebagainya.
Namun men-cengengeskan seolah di Istana ada mafia
seperti yang disebutkannya, adalah hal yang gegabah dan semoga hanya
khilaf kata. Saya menyayangkan bukan saja dia adalah seorang ahli hukum,
Ketua lembaga prestisius MK, namun juga digadang-gadang pendukungnya
untuk jadi salah satu calon pemimpin negeri ini
Boleh saja
Mahfud mengatakan dengan santai bahwa hal itu hanya analisanya saja.
Namun bukankah dirinya adalah pejabat tinggi dan public figure?
Saat-saat ini kita perlu tokoh-tokoh yang sejuk. Kalau negeri ini selalu
diisi kegemparan gemuruh panas berbagai analisa tak berfakta, sungguh
kasihan rakyat yang hanya bisa menjadi penonton yang sedih dan merana.
Sekali
lagi sikap SBY tentangg Ola jelas, dan bertanggungjawab. Sekali lagi
pula, menurut saya, dasar kemanusiaan, hidup mati di tangan Tuhan,
adalah dasar pertimbangan utama SBY. Saya pribadi ikut dalam kelompok
yang berharap, suatu saat, hukuman mati ditiadakan. Seperti pula banyak
masyarakat yang mengharapkan pemerintah untuk berupaya keras membebaskan
saudara kita yg menjadi terpidana mati diluar negeri.
SUMBER : http://setkab.go.id/
Minggu, 25 November 2012
GRASI PRESIDEN UNTUK OLA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar